Sosiopreneur Family
Bismillah...
Sejak Almira, anak pertama (dan sementara ini masih satu-satunya) kami lahir, berbagi ide muncul di pikiran kami. Berawal dari niat untuk memberikan lingkungan dan pendidikan yang baik untuk Almira, kami ingin totalitas mengajak Almira dalam beraktifitas yang positif sejak kecil,sesuai passion. Kami memutuskan untuk menelusuri terlebih dahulu minat dan passion kami. Alhamdulillah saat itu sangat terbantu dengan adanya Matrikulasi IIP. Saya dan suami yang sebelumnya telah mengikuti talent mapping, lebih mantap menentukan tujuan dan milestone setelah saya banyak menggali potensi diri melalui matrikulasi. Empati menjadi karakter dominan pada diri saya, sedangkan suami karakter dominannya adalah komunikasi. Bekerja di ranah sosial akan membuat energi saya selalu positif, sedangkan suami lebih suka public speaking. Setelah berdiskusi panjang, akhirnya kami sepakat untuk memulai sebuah bisnis sosial.
Foto ibu-ibu Kampung Binong sedang produksi greensouvenir
Pemberdayaan Masyarakat Kecil
Berawal dari sebuah kampung bernama Kampung Binong di Bogor,dekat rumah tempat tinggal kami, dimana sebagian besar penduduknya putus sekolah sehingga sebagian besar menjadi pekerja kasar dan buruh. Wanitanya?hampir semuanya di rumah, jobless. Salah seorang ibu berkata pada kami bahwa sebenarnya ia ingin bekerja membantu suami menambah penghasilan. Tapi apa daya ia tak punya ijazah sehingga sulit dapat pekerjaan. Pekerjaan yang pernah ia lakukan adalah menjadi buruh dan asisten rumah tangga saat masih gadis. Tapi sekarang tak bisa, mengingat letak kampung Binong yang cukup terpencil, dan ia kini sudah bersuami. Kondisi tersebut serupa dengan keluarga-keluarga lain di Kampung ini. Permasalahan selanjutnya adalah tingkat kepedulian masyarakat di kampung Binong terhadap pendidikan sangat rendah. Wanita-wanita yang kini menjadi ibu, laki-laki yang kini menjadi ayah, sama seperti pendahulunya. Putus sekolah tak masalah! Memang tak masalah putus sekolah seandainya masih tetap menuntut ilmu. Akhirnya, banyak pemuda-pemuda yang tak tuntas mengenyam pendidikan dan menjadi calon pekerja serabutan generasi selanjutnya. Bagi kami, siklus ini perlu diputus, agar kehidupan masyarakat berubah. Agar bisa naik ‘level’ dari keluarga buruh menjadi keluarga owner atau pegawai.
Mengubah mindset masyarakat tentu tak bisa dilakukn serta merta. Perlu proses panjang dan perlahan-lahan agar tak ditolak mentah-mentah. Langkah ini kami awali dengan mendekati masyarakat melalui pemberdayaan, memberikan pekerjaan untuk memperbaiki perekonomian. Langkah selanjutnya, kami mulai memperkenalkan dengan akademisi, dg buku sebagai sumber ilmu yang paling sederhana, dan berusaha menjadi role model yang baik agar mereka perlahan menyadari pentingnya pendidikan dan belajar untuk kehidupan yang lebih baik.
Bisnis sosial untuk Kampung Binong
Saya memilih memberdayakan para wanita di kampung Binong melalui craft, souvenir pernikahan handmade. Lebih tepatnya Greensouvenir (instagram : @almira.greensouvenir). Sedangkan suami memberdayakan pemuda-pemudanya pelalui beternak kelinci hias (holland lop, anggora, lion head,dll)(instagram @kelincilopshopandfarm @petshopkelinci, @kampungkelinci). Tak hanya ingin memberdayakan masyarakatnya, greensouvenir yang kami produksi diharapkan mampu menggerakkan penerimanya untuk mulai menanam, sebagai upaya memperbaiki kondisi bumi. Alhamdulillah, greensouvenir kami dapat diterima pasar dengan baik sehingga kami bisa memberdayakan makin banyak perempuan. Jika dahulu hanya 2 orang, kini mencapai 12 orang dan semoga bisa bertambah seiring dengan meningkatnya permintaan.
Setelah setahun bekerja bersama ibu-ibu, banyak sekali perubahan baik yang kami rasakan. Jika dulu mereka seringkali salah menulis (misal amplop jadi ampolok), kini ibu-ibu bisa menulis dengan baik (tidak salah tulis lagi). Mulai tau bahasa inggris karena sering mengerjakan pesenan souvenir dengan tulisan bahasa inggris. Meski hanya sedikit sekali, tapi tau beberapa kata pun membuat mereka percaya diri bahwa sebenarnya mereka bisa kalau mau belajar.
Salah satu kejadian yang menyentuh hati saya adalah, saat seorang yang membantu saya berkaca-kaca bercerita kalau akhirnya ia bisa membeli motor tanpa Riba dari hasil menabung membuat greensouvenir (meskipun motor second). Padahal dulu mimpipun ngga, mbak. Alhamdulillah..meski pelan-pelan ternyata sedikit nilai yang kami bagi sambil santai bekerja bersama mereka, bisa dipahami dengan baik. Mulai dari untuk tidak percaya tahayul, hingga tidak riba untuk membeli sesuatu, Sabar.
Milestone yang ingin kami capai selanjutnya adalah mulai membentuk rumah baca di kampung Binong, agar anak-anak lebih mencintai buku sebagai sumber ilmu. Meski desa mereka terpencil, mereka tetap bisa melihat dunia melalui buku. Selain itu, insyaallah dalam waktu dekat ada 2 titik desa yang kami berdayakan lagi masyarakatnya untuk mengatasi masalah sampah dan pendidikan.
Selain itu, kami membentuk wadah untuk belajar tentang bisnis sosial bersama mahasiswa-mahasiswa IPB agar bisa bersinergi dan saling dukung untuk berbisnis sosial dan menebar manfaat bagi masyarakat
Comments