"Kemarin, Ayah makan daging kambing panggang Kairo," Ayah memulai ceritanya.
"Jiaaah! Ngga pengen!" Ibu melakukan denial.
Si Sulung hanya tertawa, "Makan apalagi, Yah?"
"Ayah makan pizza!" Ayah tahu, pizza termasuk makanan yang dinanti-nanti Sulung.
"Waaaa!" jelas sekali Sulung pasti sangat mupeng.
"Ah, ngga pengen!" Ibu masih denial.
"Ayo, apalagi, Yah. Biar Ibu pengen," Sulung mengajukan tantangannya.
"Ayah minum hot chocolate!" Ayah tahu salah satu yang Ibu suka.
"Iya, deh, mauuuu!" Ibu menyerah, "emang makan dimana, sih? Menunya ngga nyambung. Dari kambing panggang Kairo, pizza, hot chocolate. Menu keliling dunia?"
Ayah menyebutkan nama sebuah restoran, "Makanan disana, seporsinya 100ribu, 150ribu."
"Wow!" mata kami membelalak. Seporsi makanannya bisa buat belanja seminggu!
"Ditraktir rekanan. Bisa dibilang beliau orang yang jujur," Ayah melanjutkan cerita.
Kisah tentang orang yang jujur mungkin selalu sama dimana-mana. Bapak yang diceritakan Ayah ini adalah seorang lulusan SMA terbaik di Bandung. Dia memilih untuk tidak meneruskan kuliah dan berbisnis. Hingga kini, sudah memiliki dua perusahaan yang dikelola bersama isteri.
"Pernah dimusuhi sama deputi, tuh," Ayah membuat cerita makin seru.
"Kenapa?" seperti biasa, Ibu selalu kepo.
"Ya karena menang tender terus."
Sang Bapak ini selalu bisa memberikan harga yang termurah dibanding peserta tender lainnya. Tentu saja ia akan selalu memenangkan proyek dalam tender. Ini membuat pejabat di kantor geram karena perusahaan jagoannya tidak bisa lolos dalam tender. "Bayangkan, untuk proyek senilai 1 M, dia bisa mengajukan harga hanya 800 juta. Itu pun sudah untung 200% katanya," Ibu hanya bisa terkejut mendengar penjelasan tentang nilai-nilai uang itu. Dalam hati berpikir, jadi sebenarnya berapa nilai riil suatu proyek?
"Dia pernah sampai dilarang ikutan tender gara-gara ini," suara Ayah merendah saat menceritakan ini.
"Dilarang ikut tender karena memberi harga yang 'jujur', ya?"
Ayah mengangguk.
"Menjadi jujur di dunia jaman sekarang sulit, ya?" melirik ke Sulung. Bagaimana reaksinya mendengar cerita ini? "Tapi hidupnya berkah, kan?" Ibu mengkonfirmasi. Allah tidak akan menyia-nyiakan orang yang berusaha tetap di jalan-Nya.
"Oh, ya. Dia punya lembaga tahfidz di kampungnya sana, dia juga dengan sangat ringan mengeluarkan uang dalam hitungan jutaan untuk lembaga tahfidz lain," yah, rejeki itu pasti, kemuliaanlah yang harus dicari.
Jangan sampai kita mengorbankan kemuliaan di pandangan Allah demi mendapatkan rejeki yang tak seberapa dibanding kekayaan Allah. Tetap semangat untuk selalu jujur, ya Pak.
Comments