Bermula dari perasaan sedih karena seorang guru di sekolah yang tiba-tiba harus ditinggalkan suaminya yang mendadak sakit dan meninggal dalam proses yang sangat singkat. Malam itu mendapat kabarnya saja, saya merasa sangat sedih. MasyaAllah begitu cepatnya ketika Allah berkehendak takdir kematian hambaNya sudah ditetapkan dan tidak bisa kita meminta ditangguhkan atau dicepatkan. Harus menerimanya bagaimanapun rasanya. Dan ini daleeem banget.....kita harus menerimanya dengan ikhlas
Kisah guru ini adalah guru di sekolah yang saya miliki. Sekarang guru tersebut menjadi tulang punggung keluarga anak-anaknya yang masih kecil. Kejadian ini terkenang sudah 6 tahun yang lalu. Dan ini menjadikan saya berpikir, bertanggung jawab akan masa depan anak-anak yatim ini kelak. Rasanya saya merasa ikut bertanggung jawab, namun bagaimana caranya? sedang sekolah yang saya rintispun baru sekolah Taman Kanak-Kanak yang belum dikatakan besar, untuk menggaji guru pun pas-pasan. Untuk sekedar menutupi biaya operasionalnya saja jujur saya kesulitan.
Sekolah baru berjalan tujuh tahun ketika itu. Dan sempat saya tinggal tiga tahun karena harus ikut menemani suami yang study di Korea. Sekolah dititipkan ke ibu saya. Alhamdulillah ketika saya kembali sekolah masih berjalan. Dan guru-guru pun masih tetap setia mengajar di sekolah ini.
Dan ketika itu saya berpikir terus bagaimana caranya? saya ajak bicara guru tersebut untuk bersama-sama mencari solusinya. Dengan harapan dia tahu bahwa saya ada bersamanya kala masa-masa sedih ini harus dijalani. Masa-masa tidak stabil yang cukup panjang yang harus dilewati.
Saya mengajaknya membuka daycare di Sekolah dengan prinsip bahwa semua ibu yang bekerja harus merasa nyaman meninggalkan anaknya di sekolah kami, bahwa ibu yang aktif di ranah publik pun bisa memiliki anak yang percaya diri berakhlakul karimah, berkembang sesuai fitrahnya. Sehingga seorang ibu yang berpotensi menebar manfaat di ranah publik bisa beriringan sejalan memiliki anak-anak yang Qurrota A'yun . Dan saya menawarkannya menjadi manager daycare nya. Alhamdulillah dengan niat baik, meskipun tanpa persiapan matang kami beranikan maju terus perlahan namun pasti daycare Mentari kami buka. Meskipun hanya satu anak saja yang baru mendaftar. kami bersama-sama dengan tim guru lainnya saling bahu membantu. Dan sekarang alhamdulillah sudah 3 tahun berjalan, sudah ada 15 anak yang kami asuh bersama.
Dan ini menjadi flash back saya saat ini, mengenang masa itu kembali dan merajutnya dengan mimpi-mimpi saya tentang keceriaan anak-anak yatim yang fakir miskin untuk bersekolah. Pernah saya dan suami ketika baru menikah saling mengutarakan mimpi-mimpi kami, dan mimpi membersamai anak-anak yatim ini bertemu. Kami berdua ingin mengasuh mereka. Namun hingga saat ini kesempatan itu tidak jua datang. Meski kami sudah mengusahakannya.
Akhirnya mungkin ini adalah ikhtiar yang bisa kami lakukan untuk mereka. Mengasuh mereka tanpa perlu meminta mereka untuk tinggal dirumah khusus. Mereka masih bisa bersama dengan ibu dan keluarganya namun mereka bisa nyaman bersekolah tanpa harus memikirkan biaya sekolah. Saya meyakini masih banyak orang-orang yang mampu mau menolong mereka namun keterbatasan akses, informasi, dll. Meski hanya kecil uang yang kita sisihkan namun bila dikumpulkan oleh banyak orang akan menghasilkan sesuatu yang besar.
Dan mimpi ini mulai merayap menjadi kenyataan, meskipun sangat perlahan. Sudah berjalan dua tahun ini saya dan teman-teman pengajian kecil di lingkungan rumah memulai mewujudkan mimpi itu. Mimpi keceriaan anak-anak yatim untuk bersekolah. Saya menceritakan permasalahan sosial disekitar lingkungan terdekat kita kepada teman-teman pengajian. Dan ini juga nyata, asisten baru di rumah saya yang janda yang sangat kesulitan membiayai anak-anaknya sekolah sehingga anak-anaknya tidak bisa membaca karena tidak mampu meneruskan sekolahnya. Dan ternyata kasus anak-anak yatim yang tidak bersekolah ini banyak di kampung dekat rumah saya.
Alhamdulillah Respon teman-teman yang positif mendukung saya untuk membuat proposal beasiswa anak-anak yatim ini. Dan kami bersama-sama mencari dana untuk proposal investasi akhirat ini. Untuk awal waktu itu saya ingat ada dua titik kampung yang kami bina. Dan subhanallah kami mendapat donatur dari para mahasiswa muslim Indonesia di Australia. Alhamdulillah sampai sekarang, selain beasiswa kami pun membangun mental anak-anak ini agar semangat belajar, beribadah dan enterpreunership.
Namun Mimpi Lita belum selesai, saya belum memberikan keceriaan pada anak-anak yatim di lingkungan sekitar sekolah. Keinginan ini sudah lama sekali terpendam. Selama ini anak-anak yatim di sekitar sekolah hanya diajak ketika event-event tertentu saja. Biasanya event gabungan sekolah dah IIP Tangerang Kota dalam program sejuta cinta.
Mimpi Lita akan menjadi kenyataan bulan ini, insyaAllah. Ada banyak pelecut agar mimpi ini segera bisa terwujud. Saya merasa saya memiliki kemampuan menggalang dana (fundraising) selama ini. Terlebih lagi, dua bulan lalu seorang teman kecil semasa SD juga mendadak suaminya meninggal, dengan dua anak usia sekolah yang menjadi tanggungjawabnya. Dan saya merasa ini adalah tanggung jawab saya dan tanggungjawab kita bersama.
InsyaAllah akan terwujud Tahun 2018 ini.
Investasi Akhirat : Memberikan keceriaan anak yatim untuk bersekolah. ....Bismillah.....
Commentaires