top of page
Writer's pictureFeli Mulyani

Matematika buat saya adalah sebuah mimpi buruk!

Updated: Dec 21, 2017


Berbagai kenangan kelam mewarnai masa kanak terhadap matematika. Berawal dari tekanan guru karena tak kerjakan PR atau tak tuntaskan ulangan lalu cemooh teman-teman yang nertawakan ketidakberdayaan aku didepan papan tulis dengan soal yang berderet, ditambah lagi dengan bentakan dan ancaman orang tua saat mengajariku matematika. Sehingga pertengahan masa SMP saya ikrarkan "benci" pada matematika.  


Matematika rumit! Susah!

Aku merasa tak perlulah pelajaran al-jabar, logaritma atau nilai berpangkat cukup paham perkalian, penjumlahan dan pembagian rasanya sudah cukup! Tak akan gunanya dalam dunia nyata serta kelak mati pun malaikat penjaga alam kubur, tak akan pernah memberika soal tenntang logaritma atau rumus bangun ruang  saat masuk liang lahat juga!


Kebencian ini sangat ekstrem!

Tetapi setelah melewati tantangan 17 hari level 6 kemarin membuat saya tersadar. Hingga berubah sangka pada matematika! Ternyata selama ini yang membuat kita tak mengerti pada matematika. Pertama Tidak suka dan Kedua Tidak Paham Konsep Dasar Matematika.


Seperti dikutip dari laman Kompasiana.com definisi Matematika adalah induk ilmu pengetahuan, cabang ilmu yang saat ini berkembang tidak terlepas dari matematika. Hampir disetiap kegiatan kita sehari-haripun tidak terlepas dari yang namanya matematika, namun bukan rahasia bahwa pelajaran matematika kurang diminati oleh kebanyakan pelajar, bahkan baru mendengar kata “matematika” saja orang sudah alergi atau bahkan fobia, padahal pelajaran matematika sudah dikenalkan dan dipelajari mulai dari TK bahkan sebelum kita sekolah, seharusnya itu menjadikan kita menyenangi matematika bukan malah sebaliknya.


Matematika itu seperti kehidupan, selalu ada masalah yang yang harus segera diselesaikan, apabila ditunda masalah yang baru akan muncul dan terus menumpuk jika tidak segera diselesaikan. Tidak ada masalah yang tidak ada jalan keluarnya, kita bisa menggunakan berbagai rumus yang mungkin untuk memecahkan soal-soal dengan benar, seperti itulah hidup dan matematika. Jika kita sabar menghadapai tekanan dan terus berusaha pasti segala persoalan akan bisa diselesaikan. Belajar matematika berarti belajar sabar, itulah makna matematika yang sebenarnya. Makna inilah yang menjadi alasan matematika untuk dipelajari.


Matematika juga membuat kita berpikir kritis sehingga semoga generasi selanjutnya, lebih bisa berpikir jernih jika ada yang mengiming-imingi keberlipatan uang atau harta semacam kasus-kasus yang sering heboh di negara ini.

Cerminan diatas menjadi pijakan saat ini, betapa sekuat tenaga harus memutus mata rantai ketakutan dan kekalutan terhadap matematika. Agar aku bisa mengajarkan matematika dengan nyaman dan menyenangkan kepada anak-anak. Agar mereka menjadi generasi yang pandai matematika. Aamin! 


68 views0 comments

Comments


bottom of page