top of page
Writer's pictureItsnita Husnufardani

Gadget Hours: Manajemen Online Ibu Profesional



“Bagaimana mbak mengatur waktu untuk WhatsApp-an?

“Berapa banyak grup yang diikuti mbak?” “Berapa jam mbak, untuk online setiap harinya?” “Kalau online apa tidak diketusi suami mbak?” “Anak berontak rebut hape mbak kalau saya main hape terus?” “Saya mau daftar jadi Fasilitator/Pengurus tapi urung karena perkara Gadget Time nya belum beres nih mbak..belum urusan anak, urusan masak, rumah, cuci duh…kok bisa sih”

Demikianlah daftar pertanyaan yang sering kali terdengar dan wajar untuk diajukan, bagi ibu-ibu zaman now yang dekat sekali dengan dunia virtual lintas batas tempat dan waktu. Termasuk menjadi tantangan tersendiri bagi peserta kelas dan member Komunitas Ibu Profesional.

Lalu harus dimulai dari mana? Semua perubahan dimulai dari diri sendiri, Self manage yang baik untuk manajemen waktu personal. Lalu berlanjut ke pengaturan waktu yang baik untuk anak dan keluarga dan menuju kegiatan - aktivitas.

Hal mendasar yang harus dipahami adalah bahwa Waktu tidak bisa kembali dan kesibukan kita akan selalu lebih banyak daripada waktu yang tersedia, dengan jatah 24 jam yang sama porsinya bagi seluruh manusia. Maka cerdik dan cermatlah dalam menginvestasikan kesibukan-kesibukan kita pada amal kebaikan yang berbobot.


Berikut Strategi yang bisa dilakukan untuk Manajemen Online para Ibu Profesional:

1. Set Fine Tunning pada Skala Prioritas.

Pada proses ini kita bisa mengecek kembali 24 jam waktu kita dihabiskan untuk apa? Kegiatan apa yang paling besar memakan waktu kita? Maka kita akan belajar memahami efisiensi dan efektivitas kerja sesuai Hukum Pareto 20%-80% Jika ingin memiliki daya rubah besar atas pengembangan diri kita. Kita akan juga mempelajari Kuadran Waktu (Penting-tidak Penting-Mendesak-Tidak Mendesak). Maka kita akan mempelajari mengapa Amal Jariyah itu ada tiga jalur, dan apakah kita kegiatan kita sudah mencakup didalamnya. Kita juga akan memahami mana kegiatan yang masuk kategori Gelondong waktu (Kewajiban tugas dan Peran) dan Kegiatan Printilan-printilan (kegiatan tambahan). Bedakan kegiatan Rutinitas, Pengembangan anak dan keluarga, serta Pengembangan Diri.


Selain itu tentukan pula Skala Prioritas WhatsApp Grup apa saja yang akan diikuti. Bedakan dan seleksi menjadi kategori sesuai kebutuhan kita. Apakah didalamnya peran kita sifatnya sebagai Kontribusi, Decision Maker, Koordinasi, Partisipasi aktif-Silaturahim, Silent Reader, atau sebagai Tim Hore. Kita tidak perlu mengikuti semua grup yang tidak prioritas. Lalu tentukan jadwal hadir didalam grup tersebut secara berkala. Buat dan Patuhi sendiri.


2. Tentukan waktu pembahasan dalam Grup.

Untuk kehadiran di kelas belajar maka sepakati bersama jam Online Diskusi kita, masukkan kedalam Jam Kerja Online kita. Baik sebagai Fasilitator ataupun peserta kelas, perhatikan adab menyimak.


Jika perlu, tempel Jam Kerja Online Bunda di dinding yang bisa dibaca oleh Suami dan anak, disertai dengan diskusi kesepakatan bersama. Sehingga, suami dan anak paham sedang sibuk apa sih bunda nya ber-chat ria di Handphonenya. Lalu Komitmen dan Konsistenlah. Integritas dan kepercayaan bunda dipertaruhkan sebagai jaminan agar bisa melaju ke level kepercayaan berikutnya.


3. Secara bersamaan latih Manajemen Pikiran dengan memperbaiki Jadwal Online kita. Sering kali kita terganggu dengan gangguan-gangguan pikiran kecil yang Hang On saat usai ber-chat ria di sebuah WAG. Seperti ada perasaan takut tertinggal bahasan terkini, takut tertinggal ilmu, takut dianggap tidak menanggapi, penasaran balasan teman-teman usai kita sharing dan sejenisnya. Kondisi Hang On ini mirip seperti saat usai habis baca novel romansa atau usai nonton Drama Korea, berasa masih terjebak didalam “ruang maya” tersebut.


Ada sebuah ulasan menarik bahwa Multitasking yang katanya adalah kelebihan wanita, ternyata pada titik puncak batas maksimal justru efeknya tidak efektif. Multitasking efektif untuk pekerjaan yang sifatnya rutinitas dan tidak membutuhkan kemampuan berpikir yang lebih. Sedangkan, konsep Mindfulness lebih “bekerja” bagi saya untuk mensiasati banyak kegiatan keseharian. Selalu hadir utuh sadar penuh pada setiap kegiatan bahkan untuk sekedar membuka WhatsApp Grup. Buka satu grup, baca selesaikan, tindak lanjuti, baru pindah. Tidak dibuka-buka semua. Sehingga bisa meminimalisir salah ketik chatroom, salah forward pesan, atau keusilan kegatelan tangan yang suka intip-intip grup sana sini tapi tidak ada yang action yang dieksekusi. Hanya intip-intip lalu terkena badai kebingungan, belum lagi informasi dari dunia Offline sehingga kebingungan melanda “saya harus memulai dari mana dan rasanya otak penuh semua terkena badai tsunami”. Padahal isi otak berisi pikiran-pikiran yang menari meloncat-loncat (Monkeymind) dan belum tentu penting dan semua perlu untuk diolah.


4. Patuhi One bit a time dan Cut off time.

Masih berhubungan dengan poin ke 3, prinsip One bit a time, yaitu satu gigitan dalam setiap kali berkegiatan sangat berpengaruh untuk menjaga fokus penyelesaian sebuah urusan. Apakah mungkin? Tentu, dengan semakin sering berlatih dan memahami ritme self manage kita. Saya meyakini karena demikian yang diperintahkan Allah agar kita cerdik menggunakan waktu, termasuk ber Gadget Hours. Demikianlah idealnya irama hidup orang yang beriman hendaknya selalu terus berada siklusnya yang mesti berputar maka sesudah menunaikan satu tugas ia harus menyiapkan diri untuk menunaikan tugas lainnya. Siklus demikian dapat menyehatkan diri dan amalnya karena ia mampu memanfaatkan waktunya dengan baik.


“Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”. (QS. Al-Insyirah: 7)

Yuk, mulai hindari intip-intip bocor halus dalam berGadget Hours. Misal, intip intip linimasa medsos facebook atau IG akun teman sampai terbuang 30 menit berharga. Jikapun perlu, atur waktu posting dan membaca Linimasa secara terjadwal.

Selain itu patuhi Cut off time saat Online, agar memiliki fungsi pengendalian diri dan belajar memfokusnya pikiran agar benar-benar terlatih segera mengerjakan urusan yang ada di WhatsApp grup tanpa terlalu lama menunda atau mudah teralihkan perhatiannya.

Untuk mengingatkan diri, di Semanggi Family ada namanya Tepuk Fokus yang bertujuan mengingatkan agar kita fokus segera mengerjakan apa yang sedang ingin dikerjakan. Sekaligus sebagai pengingat jika salah satu anggota keluarga mulai “tergoda” urusan lain.

Tepuk Fokus

Prok..prok..prok..

F.O (tangan kanan kedepan)

Prok..prok..prok

K.U.S (tangan kiri kedepan)

FOKUS (kedua tangan kedepan)

5. Bedakan Think about… dan act about…

Ada banyak kegiatan offline yang sebenarnya tak kalah meminta perhatian kita, maka untuk mensiasati urusan Online yang membutuhkan kehadiran pikiran, kita bisa menentukan concern tiap hari dengan membedakan mau berpikir-mengkonsep tentang apa hari ini? Dan mau beraksi di kelas Online apa hari ini?.

Misal, - Senin saya berpikir tentang semua urusan sistem Kelas Institut Ibu Profesional dan fokus beraksi di kelas Online Dapurnas IIP, Kelas Program Matrikulasi, BunSay Jateng dan Bunsay Pranikah.

- Selasa, saya berpikir tentang Kurikulum Personal Home Education Anina dan rancangan kegiatan bulanan pekanan, lalu beraksi kelas online di Kelas FasilNas bunsay#1, #2, #3.

- Kamis, saya berpikir tentang Ide Family Project, membuat rancangan menu makanan 10 harian, Manajemen Semanggi Family, lalu beraksi di Jurnal Ibu Pembelajar, Kulwap Online

- Begitu seterusnya..bahkan untuk agenda weekend.

Saya terinspirasi dari chat Bu Septi ketika berbunyi.. Hari Rabu saya saatnya mikirin Lebah Putih, mbak Farda..maaf ya baru balas”

Jadi baik Offline atau Online, sebenarnya didalam waktu kita ada HAK orang lain yang harus ditunaikan. Untuk diri, anak, suami, keluarga komunitas bahkan hingga lingkup yang lebih luas perkara umat, negara dan peradaban.

Saya pun teringat bagaimana harus mulai belajar meluaskan skup pemikiran, meningkatkan kemampuan memikirkan hal-hal besar, agar tidak terjebak hal hal kecil saat ber-Online agar tidak mengganggu emosi hingga mudah terbawa perasaan. Apalagi residu-residu urusan ber WAG yang terkadang menjadi beban pikiran, Semisal, chat wapri kita yang dicuekin Silent Reader Kronis di grup yang padahal sudah di Read doang hehe..


“Pikiran tak dapat dibatasi, lisan tak dapat dibungkam, anggota tubuh tak dapat diam. Karena itu jika kamu tidak disibukkan dengan hal–hal besar maka kamu akan disibukkan dengan hal-hal kecil”.(Abdul Wahab Azzam)

Hehe teringat kalau kata mbak Nesri Baidani (Leader IIP Bogor)

Kalau jadi LEADER (diri sendiri) No BAPER…

Lalu, apa indikator jika kita sudah menjalani Gadget Time yang baik dan adaptif? Mari kita kembalikan pada komposisi HAK didalam waktu-waktu kita.

Apakah proporsi untuk Allah, anak suami keluarga dan diri ini sudah tercukupi semua?

Apakah ada komplain yang berat sebelah?

Jika diperjalanan berGadget Hours mengalami Turbulensi bak pesawat yang menghadapi goncangan awan badai, itu WAJAR. Tak jarang saya sering mengalami Hang dan error/loading layaknya smartphone yang perlu dibersihkan dari JunkFile, mandeg, bumpet atau suka re-start sendiri hehe. Tak apa. Tugas kita beradaptasi dan fokus ke depan untuk mensiasati dan mencari keseimbangan baru. Memang perlu waktu dan mencoba berdamai dengan keadaan. Jangan ragu untuk bongkar ulang, cek ricek komposisi ber Online, fokus dan sepakati. Jalani penuh konsistensi dan integritas diri. Begitu terus pola nya seiring bertambahnya perbaikan dan tantangan.


Saya pun harus sering menggali feedback dari sikecil, “Anina sedih saat Ummi ngapain?”

Jika jawabannya “Kalau Ummi ketik-ketik dan kelas online”, maka saya harus segera ubah strategi berGadget Hours nya.

Demikianlah nasihat lugu dari Michelia- Putri Mbak Laila Muhammad Dib (Fasilitator BundSay #1 – IIP Aceh) yang selalu terngiang… “Ummi, Ibu Profesional itu Ibu yang suka main sama Anaknya bukan suka main Hapenya" Michelia, 2016

Semangat Tinggi

Salam Ibu Profesional.


Referensi:

1. Artikel Mari tetap beramal, Dwi Purnawan, 2012. https://www.dakwatuna.com/2012/01/10/17979/mari-tetap-beramal/#axzz4zLZv54Wj

2. Manajemen Waktu, Materi Bunda Cekatan. GazzaMedia, 2015.

3. Mindfulness, The Diary of Learner Mommy#1. Farda Semanggi. Sinar Gamedia. 2016

4. Diskusi Kulwap ODOP Mindfulness bersama Adjie Silarus, 2016.

5. Diskusi WAG Tim Dapurnas Ibu Profesional, 2017.

6. Diskusi WAG Fasilnas Bunsay #1, 2016-2017.

7. Tips Gadget Time Bu Septi Peni Wulandani, November 2017

8. Perjalanan Refleksi belajar di Semanggi Family dan selama di Institut Ibu Profesional, 2015-2017.

1,614 views9 comments

Recent Posts

See All

9 Comments


Annissa Larasati
Annissa Larasati
Dec 21, 2017

Terimakasih sharingnya mbak farda! :)

Betul sekali ini manajemen waktu online benar-benar tantangan di masa kini yang arus informasi serba cepat. Dan saya baru tau istilah hang on, sering mengalami tapi ndak tau itu apa. Alhamdulillah tercerahkan :D

Like

ummi mustajab
ummi mustajab
Nov 29, 2017

Mbak Farda, terima kasih tulisannya. Menarik sekali.

Like

Nesri Baidani
Nesri Baidani
Nov 27, 2017

mbak farda...you are the inspiration...

Like

finny.hiraini
finny.hiraini
Nov 25, 2017

Jazaakillah khaiir mbak Farda, tulisan yang bergizi tinggi untuk saya ini.. Semangat untuk mengaplikasikannya ✊

Like

Laila Muhammad Dib
Laila Muhammad Dib
Nov 25, 2017

Mba farda.....

makasi banyak reminder nya.......

Like
bottom of page