Tantangan Changemaker Family tahun 2018 ini sungguh bak gayung bersambut. Seolah menyemangati perubahan yang diniatkan untuk dilakukan. Perubahan yang dilakukan dengan semangat hilang timbul itu kini makin semangat dijalani.
Ada dua aksi yang tengah dijalankan selama ini. Perubahan pertama yang ingin dikuatkan di keluarga inti lalu pelan-pelan ditularkan keluar adalah tentang komunikasi, dengan tema "Menguatkan Komunikasi, Menguatkan Cinta."
Pilihan pada komunikasi adalah dengan pertimbangan saya dan suami sudah melewati masa sulit saat kami gagal memahami satu sama lain. Karena tiba-tiba menikah tanpa cukup mengenal, kami pun tertatih berupaya saling mengenali. Sayangnya ternyata s aya yang dibesarkan di senyap dan sejuknya pegunungan tidak menemukan kedamaian bersama sum,i yang menghabiskan masa kecil dengan berenang di lautan. Saya yang bekerja dalam diam dn cenderung menikmati kesendirian tidak bisa mengimbangi suami yang penuh keceriaan dan selalu berada di tengah keramaian. Kami pun menjalani nelangsa bersama.
Hingga akhirnya memahami, kita hanya salah dalam berkomunikasi.
Hanya saja, meskipun saya dan suami sudah menemukan cara yang asik dalam berkomunikasi, tetap banyak hal yang perlu dipelajari dan dijalani secara konsisten, terutama dalam hal pengasuhan anak.
Ketika Atya dan Ifa makin besar, kita pun menyadari bahwa sudah saatnya serius menangani perkara ini.
Dalam praktek penguatan komunikasi ini, akan dilakukan:
1. Diskusi satu minggu satu tema komunikasi bersama anak-anak
2. Menuliskan hasil diskusi
3. Konsisten mempraktekkan
4. Menuliskan review
5. Membagikan hasil pemikiran (blog, flyer, artwork, atau tulisan yang diaplikasikan pada bentuk kerajinan tangan)
Harapannya, aksi ini kelak tidak hanya diikuti keluarga namun bisa meluas.
Selain menguatkan komunikasi, aksi kedua adalah berbuat lebih banyak bagi masyarakat sekitar dan masyarakat dari kampung halaman. Ini sebenarnya sudah terngiang sejak lama, bahwa saya belum berbuat banyak untuk orang terdekat.
Terhadap para tetangga, saya sesungguhnya merasa sangat bersyujur berada di lingkungan yang sekarang. Meskipun baru menjadi bagian dari masyarakat, namun keakraban sungguh terasa. Saat kami sakit, tetangga yang berhamburan datang ke rumah, ketika ada kesulitan, tetangga juga yang duluan mengulkurkan tangan. Demikian juga dalam setiap momen bahagia, tetangga turut bergembira bersama kami.
Kegiatan bersama tetangga sudah dimulai bulan lalu, saat kami menggelas pelatihan komposting untuk ibu – ibu dari utusan tiap RT di RW kami. Ternyata kegiatan ini perlu bimbingan berkelanjutan.
Saya berharap kegiatan berkebun adalah mempelopori RW hijau dan swasembada sayur di setiap rumah.
Untuk mewujudkan ini, keluarga kami akan membuka kelas Jumat, yang selain menggugah minat berkebun, juga akan menjadi ruang diskusi tentang pengasuhan anak.
Kemudian tentang kampung halaman, saya sudah lama menjadi pengurus inti dari komunitas perantau yang peduli kampung, kegiatannya membaktiakn diri untuk menangani isu sosial pendidikan di kampung. Salah seorang senior pernah menyindir saya tentang saya yang menghabiskan banyak waktu di IIP namun tidak punya waktu untuk ibu-ibu dari kampung sendiri. Perkataan yang menyedihkan namun sungguh benar. Maka saya berharap tahun 2018 ini akan lebih bisa membagi waktu, dan menyampaikan ide yang selama ini tertahan dalam bentuk konsep menjadi aksi nyata.
Comentários