Anak adalah amanah. Anak adalah anugrah sekaligus ujian, sebagaimana halnya dengan rezeki. Namun demikian, kehadiran anak di dalam sebuah rumah tangga tetap menjadi sebuah kerinduan tersendiri. Kerinduan yang menyisakan sebuah ruang kosong dan kesepian bagi sepasang suami istri.
Rezeki itu pasti, kemuliaan yang harus dicari. Prinsip ini adalah salah satu yang kita pelajari bersama dalam komunitas ibu profesional. Kehadiran anak dalam sebuah keluarga memanglah menjadi bagian dari rezeki. Semestinya memang tak perlu menghadirkan kerisauan. Namun, sudah menjadi sunnatullah, kehadiran anak-anak soleh yang membawa harapan tetaplah dirindukan dalam sebuah keluarga. Sebuah kerinduan yang tak bisa ditampik. Kesepian yang tidak jarang menghadirkan suasana duka dan emosi negatif.
Dalam perjalanan perjuangan kami berdua, kami bertemu dengan banyak orang yang menemui keadaan serupa dengan kami. Mengenal mereka kami boleh sedikit menghela nafas bahwa ternyata kami tidak sendirian. Kami yakin, mereka juga mengalami pasang surut kehidupan selama perjuangan. Namun sekali lagi, tidak bisa dijelaskan mengapa rasa rindu dan sepi tetap saja sering mengganggu suasana hati dalam perjalanan kami.
Berbekal keyakinan bahwa menulis bisa menjadi sebuah alat terapi. Saya ingin menuliskan semua yang telah dan sedang saya jalani dalam masa penantian akan hadirnya buah hati. Tentunya hal ini akan lebih bermanfaat jika dilakukan bersama-sama. Oleh karena itu, saya ingin mengajak teman teman dengan situasi serupa untuk berkolaborasi menuliskan pengalaman dan aliran rasa perjuangan bertahan dalam kerinduan mendambakan buah hati. Tujuan saya sederhana, selain bermanfaat sebagai terapi diri masing-masing juga untuk saling berbagi yang diharapkan dapat sedikit mengurangi beban kesedihan dan kesepian. Aksi yang akan dilakukan juga cukup sederhana yaitu melalui sebuah blog kolaborasi.
semoga allah mudahkan ya mba...