top of page

Nomofobia

Writer's picture: Endang PrasdiantiEndang Prasdianti

Apa reaksi anda ketika mendengar kata NOMOFOBIA?

Fobia apa pula itu?

Mesem-mesem.

Atau baru kali ini mendengar?


Awalnya saya tanya suami. Saat saya menyebutkan Nomofobia itu singakatan dari No Mobile phone Fobia. Dia langsung ngakak. Kita lanjut bahas hal ini terutama untuk anak-anak.


Sore tadi saya bawa urusan nomofobia ini ke group whatsapp keluarga juga, saat kakak sulung saya memposting kartun yang ada di harian Kompas tentang orangtua Jaman Now yang menikmati kecanggihan teknologi. Tanpa sadar ikut terlarut dengan media sosial.




Saya sampaikan, menikmati kecanggihan teknologi tidak mengapa. Yang penting tidak menjadi pengidap nomofobia.


“Konon, gejala awal nomofobia itu selalu bawa-bawa powerbank.” Demikian sahutan kakak saya yang dilengkapi emoticon terbahak.


Saya menyambung, “Betul. Dan ciri lainnya adalah: sering update status, tidur dengan handphone yang selalu dalam jangkauan, bangun tidur langsung cek handphone, merasa ada yang kurang kalau gak pegang handphone.”


Obrolan dalam group keluarga cukup menghangat. Termasuk salah satu sepupu saya yang kerjanya memang berhubungan dengan handphone ikut berkomentar. Tentu saja lain ceritanya kalau sudah profesi.


Ya teknologi yang awalnya memudahkan urusan kita tapi akhirnya mengontrol hidup kita. Malah membuat masalah bukan memberi solusi.




Di Amerika, ada beberapa organisasi yang membuat quiz online. Salah satunya Technology and Internet Addiction. Warga bisa mengetahui apakah mereka termasuk yang ketergantungan atau ketagihan handphone setelah mengikuti quiz tersebut.


Pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti apakah anda menggunakan smartphones lebih lama tanpa anda sadari? Apakah anda merasa ada yang hilang saat tahu smartphones anda ketinggalan di rumah atau di mobil?


Bagi saya pribadi, sudah bagus bila kita mengetahui apakah kita termasuk orang yang memiliki ketergantungan pada smartphone atau tidak. Mengetahui bahwa kita selalu menggunakan smartphone dalam waktu yang lama (overuse).


Kemudian kita bisa mencari tahu apakah smartphone membuat kita menjadi orang yang produktif? Atau sebaliknya, keasikan menikmati canggihnya teknologi sampai melalaikan tugas sehari-hari kita.


Ini adalah pilihan. Selain menikmati kecanggihan teknologi, dan teknologi juga memudahkan urusan dan tugas kita sehari-hari. Smartphones for smart persons. Dari sini saya dan teman-teman yang berprofesi Ibu baik yang bekerja di ranah publik maupun di ranah domestik (Rumah Tangga) bersama menerbitkan buku antologi Manajemen Gadget.


Dalam buku itu saya memposisikan smartphone sebagai partner yang handal. Memudahkan dan meringankan diri dalam bertugas. Partner yang bisa mendongkrak produktifitas dan menjadi pribadi yang bahagia.


Stay happy and productive. Jangan biarkan teknologi yang mengatur kita. Kalau ini terjadi, bisakah ini yang disebut perbudakan jaman melinial? Waduh!




____


Sumber: cnn.com. DigitalLife. 10 signs you might be addicted to your smartphone. Kelly Wallace. November 25, 2014











71 views0 comments

Comments


bottom of page